Kegagalan ini sebenarnya disebabkan oleh berbagai macam faktor, memang faktor kegagalan ini harus juga diperhitungkan agar kita siap dalam mengantisipasinya.
Seringkali faktor sterilisasi media dianggap sebagai satu-satunya sebab dalam kegagalan.
Padahal proses sterilisasi media hanya merupakan salah satu penyebab saja. Dalam berbagai analisa rekan-rekan, literatur, pengalaman, faktor-faktor kegagalan ini dapat disebabkan berbagai macam sebab. Posting kali ini mencoba sedikit menganalisa sebab-sebab tersebut dan sedikit antisipasinya.
Jika dari sahabat dan rekan-rekan memiliki pengalaman yang lain kami mohon kritik, saran, dan tentunya feedback nya agar juga menambahkan posting ini.
Faktor dari serbuk kayu yang digunakan
Media kayu adalah media utama dalam penumbuhan jamur ini. Jadi sangat penting untuk memperhatikan jenis serbuk kayu yang digunakan. Hendaknya untuk mempermudah budidaya, jenis kayu yang digunakan homogen atau tidak bercampur. Ini berpengaruh dalam lamanya waktu pengomposan dan juga tentunya perkembangan miselium. Untuk wilayah di pulau jawa, paling mudah menggunakan jenis kayu sengon laut. Pencampuran dengan jenis lainnya boleh dilakukan tetapi hendaknya 80% bersifat homogen.Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini tidak terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya.
Penting juga untuk memperhatikan apakah dari penggergajian kayu, serbuk gergaji tersebut terkena tumpahan oli atau tidak, karena sangat beresiko jika digunakan dalam budidaya
Padahal proses sterilisasi media hanya merupakan salah satu penyebab saja. Dalam berbagai analisa rekan-rekan, literatur, pengalaman, faktor-faktor kegagalan ini dapat disebabkan berbagai macam sebab. Posting kali ini mencoba sedikit menganalisa sebab-sebab tersebut dan sedikit antisipasinya.
Jika dari sahabat dan rekan-rekan memiliki pengalaman yang lain kami mohon kritik, saran, dan tentunya feedback nya agar juga menambahkan posting ini.
Faktor dari serbuk kayu yang digunakan
Media kayu adalah media utama dalam penumbuhan jamur ini. Jadi sangat penting untuk memperhatikan jenis serbuk kayu yang digunakan. Hendaknya untuk mempermudah budidaya, jenis kayu yang digunakan homogen atau tidak bercampur. Ini berpengaruh dalam lamanya waktu pengomposan dan juga tentunya perkembangan miselium. Untuk wilayah di pulau jawa, paling mudah menggunakan jenis kayu sengon laut. Pencampuran dengan jenis lainnya boleh dilakukan tetapi hendaknya 80% bersifat homogen.Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini tidak terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya.
Penting juga untuk memperhatikan apakah dari penggergajian kayu, serbuk gergaji tersebut terkena tumpahan oli atau tidak, karena sangat beresiko jika digunakan dalam budidaya
Faktor PH
Dalam
pencampuran media baglog, tingkat PH dari serbuk gergaji harus
diperhatikan dengan benar di kisaran 7. PH yang terlalu basa (poin 7
keatas hingga 8) akan menyebabkan kegagalan. Karena faktor PH ini lah,
dalam budidaya diperlukan pengomposan. Metoda pengomposan dari
masing-masing pebudidaya memang lain-lain, tapi tujuannya satu yaitu
menurunkan PH serbuk gergajian. Metoda itu antara lain:
- Setelah mencampur, dibiarkan semalam, lalu baru dimasukkan ke dalam kantong baglog
- Dengan mencampurkan EM4 untuk mempercepat pengomposan
- Mencampur serbuk gergajian dengan kapur lalu dibiarkan minimal 3 minggu untuk pengomposannya.
Penting
sekali untuk memeriksa kondisi PH ini sebelum dimasukkan ke dalam
kantong. Pemeriksaan bisa dengan PH meter atau kertas lagmus. Ada
pengalaman dari rekan-rekan, jika PH masih di kisaran 7,5 - 8, campuran
diberi sedikit campuran air cuka.. lalu diperiksa kembali, setelah PH
di sekitar 7, baru dimasukkan ke dalam kantong.
Faktor AIR
Dalam
menambahkan kadar air, seringkali kita memang tidak memeriksa air yang
digunakan. Ada yang menggunakan air sumur, air PDAM, atau malah air
kali biasa. Kandungan kimia pada air tersebut terkadang tidak kita
ketahui, jika terdapat kandungan yang mungkin saja bisa menggagalkan
dalam proses budidaya, hal ini tentunya tidak kita inginkan. Cara
sederhana untuk mengatasinya adalah, air yang akan kita gunakan
hendaknya diendapkan dahulu, bisa juga dengan mencampurkan arang untuk
menetralisir dan memurnikan air.
Faktor campuran yang kurang baik
Kadar
dari campuran memang bermacam-macam dari masing-masing pebudidaya,
tetapi rata-rata menggunakan nutrisi sekitar 10%-15%, ada yang maksimal
hingga 20% dari berat gergajian. Nutrisi yang kami maksud di sini
adalah perbandingan bekatul atau jagung.
Pastikan bahan yang digunakan dalam campuran masih dalam kondisi segar dan baru, tentunya kualitasnya juga harus baik.
Penting
sekali untuk segera melakukan sterilisasi setelah campuran dimasukkan
ke dalam kantong baglog. Karena setelah dimasukkan ke dalam plastik,
akan timbul gas fermentasi yang dapat melambatkan tingkat kecepatan
tumbuh miselium nantinya, atau bahkan menghentikannya sama sekali.
Faktor sterilisasi
Nah..
faktor ini yang sering menjadi momok pada budidaya. Metodanya banyak
sekali, ada yang menggunakan tong, ada yang menggunakan steamer beton,
plat baja. Ada yang langsung dipanaskan, ada yang menggunakan boiler
sebagai penghasil uap panasnya. Intinya cuma satu, bagaimana metoda yang
digunakan tersebut dapat memanaskan media baglog hingga 100 derajat C
dan mematikan semua bakteri yang ada. Sehingga baglog yang sudah steril
tersebut dapat tumbuh miseliumnya setelah ditanamkan bibit di
dalamnya.
Air yang digunakan dalam memanaskan baglog juga sebaiknya harus selalu baru dan bersih.
Faktor kesalahan dalam inokulasi
Dalam
melakukan inokulasi bibit jamur tiram putih, kondisi baglog setelah
melalui proses sterlilisasi harus memiliki suhu yang pas..
Suhu
baglog yang masih terlalu panas dapat menyebabkan kegagalan, begitu
juga sebaliknya, suhu yang sudah terlalu dingin juga dapat menimbulkan
kegagalan.
Suhu yang baik kira-kira di kisaran 35-38 derajat C (masih hangat sedikit, tapi tidak panas)
Jangan
pula misalnya sudah lebih dari 2 hari keluar dari steamer proses
sterilisasi, baru dilakukan proses inokulasi, ini sudah terlalu dingin.
Indikasi faktor inokulasi berhasil dapat dilihat seperti foto di bawah ini, walau hanya baru 3 hari, perkembangan miselium sudah terpantau dengan menyebarnya pengapasan.
Indikasi faktor inokulasi berhasil dapat dilihat seperti foto di bawah ini, walau hanya baru 3 hari, perkembangan miselium sudah terpantau dengan menyebarnya pengapasan.
Faktor bibit jamur yang kurang baik
Bibit
jamur tiram putih sangat penting sekali dalam menentukan tingkat
keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Kualitas bibit ini
sangat menentukan keberhasilan. Jangan menggunakan bibit yang sudah
terlalu tua. Itu sebabnya sebaiknya jika membeli bibit, janganlah yang
kondisi sudah 100% miseliumnya, karena kita sendiri tidak tahu sudah
berapa lama umur bibit itu sendiri. Bibit yang sudah terlalu tua
(apalagi sudah tumbuh jamurnya) kurang baik untuk digunakan. Bibit yang
berumur masih muda memiliki kekuatan yang lebih baik.
Dalam
membeli bibit sebaiknya dalam kondisi 70% atau 80% miseliumnya. Dan
segera digunakan setelah miselium menyelimuti botol (100%). Jika masih
tertunda penggunaannya, maksimal seminggu setelah miselium bibit
mencapai 100% sudah harus digunakan.
Dalam pembuatan bibit juga perlu diperhatikan dengan baik sejak dari proses di PDA. Jika perkembangan miselium di PDA sangat tebal dan bagus, InsyaALLAH selanjutnya jika diturunkan ke F1 dan F2 akan bagus terus. Contoh PDA yang bagus seperti pada foto botol sebelah kiri.
Dalam pembuatan bibit juga perlu diperhatikan dengan baik sejak dari proses di PDA. Jika perkembangan miselium di PDA sangat tebal dan bagus, InsyaALLAH selanjutnya jika diturunkan ke F1 dan F2 akan bagus terus. Contoh PDA yang bagus seperti pada foto botol sebelah kiri.
Komposisi bibit
Ada
baiknya kita juga tahu komposisi nutrisi dari bibit yang akan kita
gunakan. Komposisi nutrisi pada bibit jamur tiram menentukan kualitas
kekuatan miselium dalam perkembangan di baglog nantinya. Indikasi
sederhananya dapat terlihat pada warna putih miselium di botol bibit.
Jika putihnya berwarna sangat putih, ini mengindikasikan nutrisi nya
baik, tapi jika warna putihnya hanya semu saja, ini mengindikasikan
nutrisi yang digunakan kurang.
tampak foto miselium putihnya tebal
walaupun masih kondisi 20%
walaupun masih kondisi 20%
Faktor kebersihan ruang inkubasi
Pada
ruang inkubasi, faktor kebersihan, sirkulasi udara, kelembaban juga
harus sangat diperhatikan. Bisa jadi semua faktor sudah terlewati
dengan baik, dan perkembangan miselium juga baik, tetali karena ruang
inkubasi kurang bersih, perkembangan miselium justruk menjadi lambat dan
malah terhenti sama sekali. Ada baiknya ruang inkubasi secara rutin
dilakukan sterilisasi dengan menyemprotkan formalin 2% sebelum diisi
baglog, ini untuk meyakinkan bersih dan sterilnya ruang inkubasi itu
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar