ALAMAT

jl. arjuno no.7 dusun wonorejo desa tulungrejo kecamatan bumiaji kota batu-jatim tlp: (0341)595565/081910906091

Biaya pembuatan baglog

Posting ini hanya berdasarkan pengetahuan dari pengalaman kami yang sangat sedikit, jika memang di tempat lain terdapat perbedaan, mohon untuk disesuaikan saja. Bukan bermaksud menyudutkan petani/produsen baglog. Untuk apa..? Kami juga produsen baglog, tetapi kami tidak menjual baglog karena bagi kami lebih menguntungkan baglog hasil produksi kami dibuahkan dan yang dijual jamurnya.. bukan baglognya.
Hitungan yang akan kami sampaikan ini pun hanya menjadi salah satu referensi saja, semua harus disesuaikan dengan harga di masing-masing daerah. Ini hanya untuk memberikan gambaran berapa biaya produksi untuk membuat baglog.
Harga baglog bisa dibagi menjadi analisa bahan utama, bahan pendukung, dan tenaga kerja. Semuanya terintegrasi menjadi biaya satuan yang menghasilkan harga pokok produksi. Harga pokok produksi ini sangat tergantung volume atau banyaknya baglog yang akan diusahakan, karena tentunya semakin banyak, bisa merupakan produksi massal yang umumnya lebih murah biaya per satuan baglognya dibandingkan produksi yang lebih sedikit.
Sebagai referensi, berikut analisa biaya untuk baglog ukuran diameter 11cm tinggi 25cm yang memiliki berat rata-rata 1,5 kg:
Analisa bahan pendukung :
1. Plastik baglog
Plastik baglog yang digunakan bisa menggunakan plastik roll ukuran 0.05x18 yang dipotong per 35cm. Berarti untuk satu roll panjang 100m bisa menghasilkan 280 buah. Plastik kemudian di seal di salah satu ujungnya.
Biaya: Harga plastik per roll sekitar Rp.50.000,- Jadi biaya per peace plastik adalah Rp.50.000/280 yaitu Rp. 178,57- Jika dimasukkan biaya tenaga kerja untuk seal, Biaya bisa dibulatkan menjadi Rp.200/plastik.
Untuk mempermurah biaya plastik, bisa juga dengan memesan plastik baglog yang sudah jadi di pabrik. Menurut pengalaman kami, harga plastik pabrikasi yang sudah jadi ter seal, tinggal digunakan saja (diisi serbuk gergaji) harganya Rp.27.000,- /kg. Plastik tersebut jika dihitung sejumlah kurang lebih 190buah/kg. Berarti biayanya = Rp.27.000/190 = Rp. 142,- /plastik baglog (lebih efektif dan lebih murah)
2. Cincin baglog. Harga rata-rata = Rp.75 /buah
Bahan utama:
1. Serbuk gergaji.
Idealnya karena budidaya jamur adalah pemanfaatan limbah serbuk gergaji dari pemotongan kayu, seharusnya serbuk gergaji bisa gratis.. Tapi sekarang karena banyaknya pebudidaya, serbuk gergaji menjadi memiliki nilai ekonomis. Kemudian berapa harga keekonomisannya..? Pengalaman kami, lebih fair jika serbuk gergaji dibeli dengan ukuran kubikasi. Untuk wilayah kami, harga serbuk gerjadi rata-rata Rp.60.000 hingga Rp.70.000 per m3 nya. Menurut pengalaman kami, per m3 bisa menghasilkan rata-rata 280baglog hingga 300baglog, tergantung ukuran partikelnya. Serbuk gergaji yang lebih halus dapat menghasilkan baglog lebih banyak. Jika dihitung, paling mahal biaya satuan untuk serbuk gergaji adalah Rp.70.000/280 = Rp.250 /baglog.
2. Kapur
Kapur biasanya kami tambahkan dengan mencampurkannya ketika menimbun serbuk gergaji. Kebutuhannya sedikit. Per m3 serbuk gergaji hanya dibutuhkan sekitar 2,5kg an. Biayanya sekitar Rp.5000 /m3. Jika per m3 bisa menghasilkan 280 baglog, biaya kapur = Rp.18,-. Ditambah tenaga kerja maksimal Rp.20,-
3. Bekatul
Untuk nutrisi rata-rata, dibutuhkan 100gram per baglognya. Jika harga bekatul Rp.1800/kg, biaya per baglog adalah = Rp.180.
4. Tepung jagung.
Nutrisi ini bersifat optional. jika ditambahkan, maksimal 30gram per baglog. Jika harga tepung jagung Rp.4000/kg, biaya menjadi Rp.120 /baglog.
5. Bibit jamur F2.
Di sini biayanya sangat krusial. Tujuan kami memberikan posting pembuatan bibit F0 F1 F2 adalah agar rekan-rekan juga bisa membuat bibit sendiri. Jika dengan membeli, harga bibit F2 per botol rata-rata Rp.7000 untuk diinokulasikan ke sekitar 30 baglog. Jadi beban biayanya= Rp.233,- per baglog. Untuk merata-rata, kami naikkan di kisaran Rp.250,- per baglog. Jika mampu membuat sendiri, maka biayanya bisa dihemat hingga tinggal Rp.75,- per baglog.
6. Bahan-bahan tambahan
Seperti kalsium, gula, air. Karena penggunaannya sedikit. Langsung kami lumpsum kan aja di kisaran Rp.100 /baglog. Ini sudah biaya maksimal.
Sampai disini kita sudah mendapatkan dua sub biaya jika keterangan tadi ditotal:
Sub biaya bahan pendukung maksimal = Rp.275 /baglog
Sub biaya bahan utama = Rp. 970 /baglog
TOTAL = Rp. 1195 /baglog.

Beban biaya itu bisa diiritkan lagi menjadi sekitar Rp.900 /baglog jika bibit membuat sendiri dan tidak memakai tepung jagung dalam campuran baglog.
Nah, yang belum dimasukkan adalah biaya yang cukup krusial dan penting yaitu biaya sterilisasi dan biaya tenaga kerja. Untuk itu bersambung di posting selanjutnya.
 
Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja biasanya kami bagi menjadi pencampuran media, pengemasan baglog dan yang kedua adalah biaya inokulasi.
Untuk pembuatan, pengemasan baglog spesifikasi kerja meliputi:
- Pencampuran serbuk gergaji dengan bekatul, pengayakan, penambahan kadar air
- Pengisian campuran tadi ke dalam plastik baglog
- Pemadatan lalu diberi cincin.
Untuk spesifikasi kerja itu rata-rata satu tenaga kerja bisa menghasilkan 100 baglog untuk jam kerja normal yaitu 7 jam. Jika gaji per orang per hari Rp.30.000,- Maka biayanya = Rp.300 /baglog. Jika proses ini bisa secara mekanis menggunakan mesin misalnya untuk pencampuran memakai mixer dan pemadatan memakai mesin, maka pembuatan baglog bisa lebih banyak, mencapai 4x lipatnya. Jadi biaya pencampuran, pengemasan baglog bisa tinggal Rp. 75,- per baglog.
Untuk inokulasi, pada jam kerja normal (7 jam), satu orang tenaga kerja mampu menginokulasikan sekitar rata-rata 250 baglog. Jadi jika gajinya Rp.30.000,- per hari, biaya tenaga kerja= Rp. 120,- per baglog.
Sub total untuk biaya tenaga kerja adalah Rp. 420,- per baglog jika dikerjakan secara manual. Jika pekerja sudah benar-benar trampil, hasil bisa lebih banyak, jadi biaya per baglog bisa di efisienkan lagi hingga Rp.300,- per baglog.
Biaya Sterilisasi
Untuk sterilisasi media, beban biayanya sangat variatif dan tergantung volume baglog yang akan diproduksi. Seringkali pebudidaya mengkreasi sendiri sistem sterilisasinya agar biaya yang dikeluarkan bisa seefisien mungkin.
Berikut sedikit gambaran perbedaannya:
Sterilisasi menggunakan drum (maksimal 60 baglog /drum)
Jika satu kali proses memakai 4 drum dan menggunakan kompor gas/minyak untuk sterilisasi langsung, maka biayanya sangat tinggi. Maka dari itu sistem ini sudah sangat ditinggalkan. Jika menggunakan gas, maka diperlukan setidaknya 2 tabung LPG 12kg. Biaya menjadi Rp.150.000 untuk 240 baglog. Jadi per baglognya = Rp.625,-. Ini terlalu tinggi.
Ada yang menggunakan boiler, lalu uapnya dialirkan ke drum tadi. Dengan tenaga uap boiler ini mampu untuk di paralel ke 5 drum. Konsumsi gas hanya 1 tabung LPG 12kg, jadi biayanya Rp. 75.000,- untuk 300 baglog atau Rp.250,- per balgog.
Jika proses tadi menggunakan kayu bakar, maka memang bisa murah. Untuk sterilisasi 300 baglog hanya membutuhkan kurang dari 1m3 kayu bakar (beli per pikup seharga Rp.75.000 an). Jadi biaya rata-rata Rp. 250,- per baglog.
Sterilisasi menggunakan steamer beton (kapasitas 1000 baglog)
Keuntungan steamer beton adalah efektif dalam tempat dan pemanasan. Steamer masih mampu menjaga panas uap hingga 10 jam. Pengalaman kami, jika sudah mencapai suhu 100 derajat C, dan kompor kami matikan. Suhu itu masih bertahan 2 jam. Lalu setelah 10jam, masih di kisaran 80 derajat C.
Untuk steamer kapasitas 1000 baglog, diperlukan boiler kapasitas 200 liter. Konsumsi energi yang diperlukan kurang lebih 2 tabung gas LPG 12kg. Jadi biayanya Rp.150.000,- untuk 1000 baglog atau Rp.150,- per baglognya.
KESIMPULAN
Jika seluruh biaya direkapitulasi:
Biaya bahan pendukung dan bahan utama : Rp.1000 /baglog
Biaya tenaga kerja : Rp.420,-
Biaya steriliassi : Rp.250,-
Jadi total biaya = Rp. 1670,- per baglog

Jika untuk produksi massal dan mampu membuat bibit sendiri:
Biaya bahan pendukung dan bahan utama: Rp.900,-
Biaya tenaga kerja : Rp.200,-
Biaya sterilisasi : Rp.150,-
Jadi total biaya = Rp.1250,- per baglog bahkan lebih rendah lagi
Beban biaya ini masih bersifat variatif sekali tergantung masing-masing daerah dan kemampuan pebudidaya untuk melakukan inovasi yang bisa mengurangi biaya produksi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar